Farit Dwi Cahyono Blog

Just another WordPress.com weblog

Zat Perasa Mei 14, 2011

Filed under: Uncategorized — faritdc @ 5:57 am

ZAT PERASA

1.     Zat Pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:

Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit.

Tahu yang berwarna kuning berasal dari kunyit. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.

Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman.

Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu  harus berhati- hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.

Tabel berikut adalah daftar zat pewarna, baik alami maupun sintetik yang aman dipergunakan sebagai zat pewarna makanan dan minuman:

Warna

Nama Zat Warna

Nomor Indeks Nama

1.      Zat Pewarna AlamiMerah

Merah

Kuning

Kuning

Kuning

Kuning

Hijau

Biru

Cokelat

Hitam

Hitam

Putih

2.      Zat Pewarna Sintetik

Merah

Merah

Merah

Oranye

Kuning

Kuning

Hijau

Biru

Biru

Ungu

Alkanat

Karmin

Annato

Karoten

Kurkumin

Safron

Klorofil

Ultramin

Karamel

Karbon hitam

Besi oksida

Titanium oksida

CarmoisineS

Amaranth

Erythrosine

unset yellow FCF

Tartrazin

Quineline yellow

Fast green FCF

Briliant Blue FCF

Indigocarmine (indigotine)

Violet GB

75520

75470

75120

75130

75300

75100

75810

77007

77266

77499

77891

14720

16185

45430

15985

19140

47005

42053

42090

73015

42640

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2. Zat Pemanis


Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.

Zat pemanis buatan. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetesmelitus) biasanya mengkonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami.

Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat , aspartam, dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu Menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.

Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang  terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

3. Zat Penyedap Cita Rasa

Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.

Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:

a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur       dengan zat penyedap ini;

b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada  makanan;

c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;

d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma  seperti buah  apel.

Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya. Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokkan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi.

Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan. Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi. perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan.

 

Produksi gula pasir Februari 1, 2010

Filed under: Uncategorized — faritdc @ 5:24 am

Proses Produksi Gula Pasir

  

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.

Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya di gunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan ketidak kemurnian, campuran tersebut kemudian dimurnikan dengan belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi.

 

MESIN PENGOLAH:

 

 

Penimbangan

Penimbangan di sini dimaksudkan untuk mengetahui berat tebu yang akan digunakan dalam proses pembuatan gula, hal ini berkaitan dengan berapa banyak gula yang dihasilkan nantinya. Bahan baku tebu yang diangkut dari kebun dengan truk, sesampai di pabrik akan ditimbang dan dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja tebu sebagai tempat dimulainya perlakuan pendahuluan pengolahan gula kristal.

Penggilingan

Penggilingan dimaksudkan untuk mengambil nira mentah dari batang tebu dan memisahkannya dari ampas. Alat penggilingan disusun seri dengan jumlah alat penggilingan 4-5 unit. Saat penggilingan diberikan air imbibisi untuk mengurangi kehilangan gula dalam ampas, akibat dari kurang sempurnanya daya perah unit gilingan.

Pemurnian

Tujuan pemurnian adalah membuang sebanyak-banyaknya zat bukan gula dan mengusahakan agar kerusakan gula akibat perlakuan proses pabrikasi minimal. Pemurnian dengan susu kapur dilakukan dalam peti defecator (bejana yang berfungsi untuk mencampurkan susu kapur dengan nira mentah) dengan pH 10

 

Penguapan

Tujuan penguapan adalah untuk memekatkan nira encer sehingga diperoleh nira dengan kepekatan yang diharapkan. Di dalam badan penguapan secara seri, persen brix nira dari badan pertama ke badan penguapan selanjutnya akan semakin meningkat, maka titik didih dibuat rendah dengan tekanan hampa agar komponen nira tidak rusak.

 

Pengkristalan

Pengkristalan bertujuan untuk memisahkan sakarosa dari larutannya dengan cara mengkristalkan molekul-molekul sakarosa dalam pan kristalisasi dan diusahakan hasil kristalisasi yang memenuhi syarat yang dikehendaki.

 

Pemutaran

Pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal dengan larutannya (stroop) menggunakan proses sentrifugasi dalam saringan sehingga massa akan terlempar. Saat pemutaran sesekali diberikan air siraman untuk mempermudah pemisahan kristal gula dengan larutannya ).

 

Pengeringan, Pendinginan dan Penyaringan

Fungsi dari pengeringan ini adalah untuk menguapkan kadar air pada bahan sehingga memudahkan proses selanjutnya. Pengeringan dilakukan dalam tabung getar, di mana gula akan melompat-lompat sehingga mempercepat pengeringan karena seluruh kristal terkena hembusan udara panas dari pengering gula. Pendinginan berfungsi agar gula menjadi dingin setelah melalui proses pengeringan karena telah dilewati panas. Pendinginan gula dikerjakan dengan menghembuskan udara dingin sampai suhu gula sama dengan suhu gudang. Setelah dingin dan kering, gula disaring untuk memisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produk. Fungsi dari penyaringan ini supaya didapatkan bentuk gula yang diinginkan. Gula halus dan gula kasar akan dilebur kembali, sedangkan gula produk ditimbang dan dikemas.

 

 

Pengemasan

Pengemasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap produk dari segala macam kerusakan yang terjadi baik untuk produk pangan maupun produk non pangan. Gula produk ditimbang dengan timbangan curah dengan skala yang sudah diatur untuk berat bersihnya dan langsung masuk ke karung dan dijahit secara otomatis. Selanjutnya gula produk dibawa ke gudang yang memenuhi syarat untuk disimpan dan didistribusikan ke konsumen.

 KANDUNGAN GULA PASIR:

 

Hello world! Januari 25, 2010

Filed under: Uncategorized — faritdc @ 5:18 am

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!